Kamis, 13 November 2014

Skripsi (III)

Bismillahirrahmaanirrahim ...

Hari ini, bukan hari biasa-biasa buat saya. Meski tanggal nya 13 tapi buat saya, ini tanggal yang baik. Semua tanggal baik, insya Allah.

Hari ini, saya mengazzamkan diri. Untuk tidak memaksakan diri saya sendiri menjadi yang sempurna. Sempurna dengan tugas akhir yang akan saya kerjakan, yang masih ditunda. Mungkin karena ada beberapa alasan penundaannya. Yang menunda mungkin inginkan saya untuk lebih banyak belajar bagaimana untuk jauh lebih bersabar dan berusaha dengan baik serta berdo’a yang maksimal.

Hari ini, saya juga belajar. Untuk tidak pernah menyalahkan orang lain tiap apa yang terjadi dalam kehidupan yang saya jalani. Karena inilah pilihan yang saya pilih dan saya jalani. Ini hidup saya, dan semua konsekuensinya ya saya yang tanggung. Ada yang komen ga dengan pilihan hidup yang saya jalani? Wah... ya buanyak banget. Yang ngiri juga buanyak. Ada aja lah orang yang kaya begitu. Kalau saya malah bersyukur ada orang yang seperti itu, buat saya mereka pelecut semangat prestasi dalam hidup saya. Insya Allah.

Hari ini, saya juga belajar (lagi). Bahwa hidup adalah tentang kisah perjuangan yang tiada pernah berhenti. Meski kadang ingin menyudahi, tetapi tetaplah bergerak untuk hidup! Tak penting selambat apapun kau bergerak, pastikan diri kita selalu berusaha. Allah telah berikan kekuatan untuk memampukan kita melakukan semua hal yang kita ingin wujudkan. Allah yang Paling Tahu, bahwa apa yang terjadi dalam hidup kita akan bisa kita lalui dengan baik. Setiap kita ada takarannya masing-masing, dan Allah tidak akan menguji kita diluar kemampuan.

Hari ini, saya juga tersadar bahwa ini baru awal. Perjuangan masih panjang, tantangan pun akan datang menghadang. Tetap bersiap untuk menghadapi semuanya dengan baik. Persiapkan mental, jiwa, dan juga hati.

Hari ini, saya juga menyimpan haru kepada semua orang-orang yang selalu setia dan ada mendukung saya. Mendo’akan yang terbaik buat saya. Terima kasih, semoga Allah memberikan balasan kebaikan yang jauh lebih baik.

Hari ini, saya juga sangat bersyukur atas ketentuan terbaikNya yang terjadi. Semoga kekuatanNya selalu memampukan saya untuk menyelesaikan tugas ini dengan baik dan tepat waktu. Aamiin.

Hari ini, saya hanya ingin berkata... Alhamdulillah ya Allah. Lalu, tersenyum bahagia...

Pembimbing 1 : M. Rusli Hidayat, Drs
Pembimbing 2 : Eva Nurmayasari, S.Pd


Jumat, 31 Oktober 2014

Being Myself

Bismillahirrahmaanirrahim ....

Kesan pertama lihat foto perempuan itu, hanya tiga kata. Ceria, cantik dan modis. Begitu mungkin persisnya saya lihat. Kalau mau bilang tambahan positif lainnya lagi juga sebenarnya makin banyak, dan makin memojokkan saya. Kadang memang begitu kalau kita melihat orang lain yang “lebih” dari diri. Langsung jadi minder dan rendah diri.

Iri? Ya mungkin bisa dibilang begitu. Siapa yang ga suka sih menjadi orang yang selalu cantik, mengikuti trend fashion yang ada, biasanya akan dianggap orang yang paling keren. Apalagi kalau orangnya perempuan, hehe. Tetapi lubuh hati yang dalam menasehati, “jangan begitu”. Mungkin kelanjutannya akan berbunyi begini... Setiap makhluk yang Allah ciptakan mempunyai kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Kekurangan yang ada pada diri kita bukan untuk dicerca. Tetapi di syukuri, dengannya kita akan jauh lebih belajar menyeimbangi diri dengan kelebihan yang ada. Menjadikan semuanya sebuah sinergi positif dan ungkapan syukur kepada Allah. Semua juga yang melekat sama diri kita ini punyaNya kok, ga ada sehelai batang rambut sekalipun yang tumbuh ini mutlak milik kita. Atas kuasa dan kemurah hatinya Allah, maka kita dipinjamkan semua anugerah indah itu. Sungguh, semuanya itu indah yang DIA berikan. Hanya mata kita kadang silap dengan melihat apa yang orang lain punya. Dan kita jadi menzalimi diri sendiri dengan membandingkannya kepada kekurangan sendiri. Jadi deh kufur, astaghfirullah.


Sekelebat foto perempuan itu muncul lagi. Pertanyaan-pertanyaan membanjiri benak saya lagi, “mau apa saya dengan bersikap begini? Apa untungnya iri lagi? Ingin sepertinya?”. Ya bisa jadi, mau jadi seperti dia, tetapi tentu saja tidak bisa dipaksakan sepertinya. Karena buat saya, ya itu bukan saya. Dan sungguh tidak nyaman sepertinya. Dan akhirnya saya pun tersadar, saya tak perlu menjadi orang lain. Saya hanya perlu menjadi diri saya sendiri. Dengan semua kelebihan dan kekurangan yang ada. This is who I am and the way I am.

Bogor, belajar (lagi) jadi diri sendiri

Jumat, 23 Mei 2014

Skripsi (II)

 Bismillahirrahmaanirrahim …

Setelah kemarin, tanggal 12 Mei saya memutuskan diri untuk memulai menulis proposal untuk pengajuan skripsi, akhirnya yang sampai detik ini belum kunjung juga selesai. Gubraak!!! Kenapa coba? Ya entahlah, padahal keesokan harinya saya begitu bersemangat berangkat pergi ke perpus UI di Depok. Ternyata referensi yang saya butuhkan minim sekali, ya gak apa deh daripada ga nyari sama sekali. Hehe.

Rabunya, saya pergi ke perpus kampus tercinta. Disana saya lihat beberapa contoh skripsi para alumni terdahulu yang meneliti tentang korelasi. Saya terfokus untuk membaca Bab I mereka, terlebih jika ada listening nya, maka akan dibaca detail deh.

Malamnya, sambil “mojok” (bahasa kami, saya dengan teman-teman ketika kumpul) di Mcd, saya konsultasikan dengan mb Dika tentang kelengkapan proposal skripsi. Yang masih saya bingung adalah intrumen yang akan diteliti nanti. Bagaimana cara mengambil datanya ya? Secara, bapak sekjur, yang menyeleksi judul skripsi itu orangnya betul-betul detail dan bertanya sangat memojokkan kalo menurut saya. Hehe.

Hampir putus asa dan ingin mencari pengganti judul yang lain, tetapi Mb Dika sama Ochi menyemangati. Ya sudahlah,,, mungkin dirumah nanti dapat inspirasi. Akhirnya kami berpisah kea rah rumah masing-masing. Dan saya, masih menyimpan ribuan tanda tanya di benak, mencari-cari jawaban. Ya itu tuh, si instrument penelitian, hehe.

***
Sejenak kita pergi yuk meninggalkan si instrument itu, hehe. Saya hanya mencoba untuk merefleksikan pikiran biar ga ruwet dan kusut. Hehe. Karena saya inginnya bahwa menulis skripsi adalah sebuah kegiatan yang mengasyikan, yaa…dicoba, dan dipelajari untuk menikmati tiap detailnya begitu. Meski ingin sekali saya berhenti untuk menyudahi semua ini… (alaaah.. apa sih Ta???). Hehe

Iya betul, kata Bu Chichi, tetangga saya yang suka facial in muka jerawat ini. Beliau bilang, kalo skripsi jangan dijadiin beban. Nanti malah ga dapet-dapet idenya. Lalu beliau nyaranin saya buat main sama anak kecil. Bermain bersama anak-anak bisa memunculkan ide-ide yang tidak disangka. Ha? Masa sih, hehe. Jadi inget anak-anakku dulu waktu di Ummul Quro, kangen deh.

Pada akhirnya, Jum’at tadi selepas mata kuliah Interpreting, saya menemui Pak Muhajir, dosen yang bersangkutan. Bertanya-tanya tentang keluh kesah saya tentang skripsi ini, ciee bahasanya lah. Beliau bilang judulnya bagus, terus komen juga tentang instrument yang saya bingungkan. Saran beliau, pengetesannya di ambil secara lisan saja, seberapa persen masing-masing orang bisa menginterpretasikan apa yang didengarnya. Selanjutnya, “Ya kamu ngobrol deh sama Pak F****, biar lebih jelas…” . Lantas saya langsung melengos deh, “oke deh pak, makasih ya Pak” ujar saya sembari duduk, lemes kaya ga punya tulang. Hehe.

Pak Muhajir menyarankan saya bertemu dengan sang Sekjur. Menurut saya, Pak Sekjur itu jika kita ajak diskusi, memberikan garis besarnya saja dan membuat mahasiswanya untuk pergi mencari. Mungkin trial and error begitu ya? Mungkin.

Oke, karena sudah jam 23.27, mata juga udah kreyep-kreyep dan perut mules, udahan dulu ya curhatnya. Lanjut lagi ke judul berikutnya, insya Allah.

Apapun itu tentang skrispsi, ya! Saya (selalu) belajar untuk menikmati tiap detik prosesnya, sebagai pembelajaran menuju pemahaman. Yang terpenting tak berhenti dan diam di tempat serta pasrah dengan yang ada. Insya Allah, Allah pasti kasih jalan. Allah kuatkan dan mampukan PriTa! Aamiin, insya Allah.

Wallahu’alam. 

Senin, 12 Mei 2014

Masa Lalu (III)

Copas dari web tetangga

Ini bukan tentang lebih tua, seumuran, atau lebih muda

 Ini tentang menyeimbangkan hidup dan yang bisa beriringan

Yang memberi kedamaian di hati, kenyamanan di sisi, dan kasih sayang tiada henti

Tentang tertawa bersama, saling mensupport, mendo’akan satu sama lain, berbicara lepas tak berbatas tanpa berpikir ini pantas atau tidak

Ketika dunia begitu kejam, dia menjadi tempatmu untuk pulang

Yang bisa membuatmu sangat sabar dan berusaha mengerti meski sulit

Menerimamu apa adanya meskipun kamu cuma seadanya

Wajah mungkin tak rupawan tapi kebersamaan dengannya itu sesuatu yang kamu yakin harus diperjuangkan

Masa lalunya tidak kamu persoalkan karena tahu itu yang membentuknya sekarang

Kekurangan masing-masing adalah tugas bersama untuk belajar saling menerima dan memperbaiki agar jadi lebih baik

 Tentang dia yang kamu ikhlas seumur hidup menjadi makmum/imamnya

Membuatmu bangga menjadi ibu/ayah dari anak-anaknya

Skripsi (I)

Bismillahirrahmaanirrahim ....

Hari ini, Senin, 12 Mei 2014, saya memutuskan untuk memulai menulisnya. Ya! Nulis proposal penelitian skripsi. Entah mungkin sudah beberapa kali saya mencoba untuk benar-benar tidak memperdulikan yang namanya skripsi. Dari mulai pengajuan judul pertama kali Bulan Januari awal, waktu itu saya sakit jadi tidak bisa beranjak kemana-mana. Dan di wawancara yang kedua saya sukses belum diterima untuk menulis skripsi. Lalu saya putuskan untuk fokus dengan PLP (Pendidikan Latihan Profesi) yang tengah berlangsung juga saat itu hingga awal Maret. Wawancara-wawancara berikutnya pun benar-benar saya abaikan karena berfikir menyelesaikan tugas PLP di SMP 11 dengan baik.

Dalam abaian saya dengannya (si skripsi) hehe, berkutik saja dengan beberapa referensi minat kepada penulisan skripsi yang mau digarap. Saya mengambil tema translating atau interpreting. Salah satu dari kedua itulah. Saya hanya ingin menjawab keingintahuan tentang dua hal yang sering dikatakan sama oleh banyak orang tetapi setelah mengalami di kelas, ternyata berbeda. Interpreting lebih luas cakupannya dibandingkan dengan translating. Menemukan permasalahan yang terjadi ketika di semester 8 ini, di kelas mata kuliah Interpreting. Wah cocok! Insya Allah.

Saya hanya berharap dan terus berdo’a agar dihindari dari bersifat curang dalam pengerjaan skripsi ini. Jangan hanya karena ingin lulus tepat waktu dan dianggap sukses lalu menghalalkan segala cara untuk menyelesaikannya segera. Naudzubillah. Saya berharap bahwa dengan usaha dari kekuatanNya, Allah tunjukkan saya kepada skripsi yang dimaui dan dikuasai betul. Tidak asal langsung dapat judul lalu bingung menggarapnya bagaimana karena bukan keinginan dan kemampuan. Saya bertahan pada pencarian kemauan serta kemampuan yang dimiliki. Dan berharap juga Allah takdirkan saya bertemu dengan pembimbing-pembimbing yang dapat membimbing dengan baik. Mengarahkan saya untuk mendewasakan diri dalam pembelajaran hidup membuat skripsi ini, cieee. Hehe.

Serius banget dari tadi kayaknya nulisnya deh, hehe. Ya udahlah, akhirnya saya bertemu dengan suatu kesimpulan bahwa skripsi adalah bukan suatu hal yang harus dikhawatikan dan dihindari jauh-jauh. Skripsi adalah tantangan buat mahasiswa tingkat akhir, untuk menunjukkan hasil pemikiran belajarnya yang kurang lebih selama 4 tahun. Yang mempersiapkan para mahasiswa untuk benar-benar terjun mengaplikasikannya di lapangan nyata setelah lulus nanti, Insya Allah. Skripsi bukan untuk dikeluhkan, tetapi dikerjakan. Ternyata saya pernah bilang juga loh sama murid SMP 11 waktu PLP kemarin. Dia mengeluhkan susahnya UN Matematika, dan dia takut jika UN Bahasa Inggris pun akan sama sulitnya. Lalu dengan (sok) bijaknya saya bilang, “Jangan bilang sulit nak, kalo bilang sulit kerja otak kreatif kamu akan berhenti dan tidak mencari solusi menyelesaikan soalnya. Anggap saja ini tantangan dan otak kreatifmu pun akan tertantang pula untuk mencari jawabannya. Ok?”. Nah? Inget kata-katamu sendiri Ta... hehe.

Oke deh, intinya, skripsi adalah sebuah proses juga dan bagian pembelajaran kehidupanku juga. Keep Learn and never ending process! 

Jumat, 11 April 2014

Masa Lalu (II)

Masa Lalu adalah masa yang telah lewat dan berlalu
Bahkan telah mati! 
Biarkanlah yang hidup hanya pembelajaran serta hikmah terbaikNya saja, bukan kemarahan, luka, apalagi dendam

Sebuah memori di masa lalu biar terkubur dan tak usah di gali kembali
Karena bisa jadi akan membiaskan masa depan yang sedang dijalani
Karena sebuah memori di masa lalu bisa menjadi goresan luka bagi masa depan kita yang baru

Kita tentunya ingin sebuah masa depan yang jauh lebih baik, maka tinggalkan lah semua cerita kelam masa lalu
Jaga perasaan masa depan dengan sebaik-baiknya

So... say good bye to our past!
"Masa lalu kamu, milik kamu
Masa lalu saya, milik saya
Tetapi masa depan, milik kita"
Insya Allah

Met rehat
*PLL's™

Senin, 24 Maret 2014

Masa Lalu

Bismillahirrahmaanirrahim....
Sebuah catatan kecil di tengah rintik hujan

Semua orang pernah melewati masa-masa indah dalam hidup bersama orang yang disayangi. Tetapi mungkin karena suatu hal atau keputusan tertentu, bisa saja kita dipisahkan oleh orang kesayangan itu. Maka waktu yang telah terlewati pun akan menjadi sebuah lembar kenangan masa lalu.

Kemudian, mungkin hadirlah seseorang yang baru dalam kehidupannya. Mengisi hari-harinya yang dulu kosong sehingga kini menjadi lebih berwarna kembali. Kita bahagia bersama orang baru itu dan begitupun sebaliknya.

Masing-masing kita sudah mengetahui bahwa setiap kita punya masa lalu yang indah maupun buruk. Semuanya sudah kita tutup rapat dan ditinggalkan tanpa perlu lagi menolehnya kembali. Itu sudah lewat dan berlalu, yang perlu kita bawa hanyalah pembelajaran hidup dari masa itu. Sekarang kita hidup pada hari ini, jam ini, dan detik ini. Entah bersama siapapun itu, yang pasti kita berusaha untuk menjadikan waktu-waktu itu berharga bersama orang-orang terkasih di sekitar kita.

Jika memang masih ada luka di masa lalu, biarlah ia mengering dengan sendirinya. Ketika kering janganlah berusaha untuk melukainya lagi dengan jari kita sendiri. Biarkan semua itu menjadi proses pembelajaran diri kita menerima semua ketentuanNya buat kita. Syukuri anugerah hidupmu hari ini. Itu!