Minggu, 10 Februari 2013

Go to Thailand



Bismillahirrahmaanirrahim ….

Ya ampun, parah banget deh saya. Jarang banget upload tulisan di blog sampai udah ganti tahun pula. *tepok jidat
Banyak kejutan ketika buka dasbor, tentang cerita2 upload-an teman2 blogger dan sahabat saya yang shalihah, liawati. Baru lihat tulisan tentang MerahPutih MyBest yang mengharukan sekalee. *lebayy
Oke deh, langsung ajah mau curhat banyak neh blogger. Dimulai yang mana dulu yak? Saking banyaknya atau saking buntunya mau nulis nih? *ngeles.com

Ya udah mulai cerita dari kampus saya tercinta saja yaa. Jadi begini, pas tahun lalu kemarin di bulan Desember, suatu sore Bapak Fauzi Syamsuar (dosen), memasuki kelas saya dan mengumumkan sesuatu. Beliau bilang bahwa salah satu universitas di Thailand mengundang mahasiswa-mahasiswa dari Malaysia, Thailand dan Indonesia, masing-masing 10 orang. Untuk mengadakan pertemuan di universitas tersebut, dalam rangka berdiskusi tentang perkembangan kebudayaan di ASEAN. Naah… dalam rangka menjaring 10 mahasiswa tersebut, maka beliau menjelaskan ketentuan bagi siapa yang berminat untuk ikut ke Thailand. Syarat-syaratnya adalah 1) IPK minimal 3,0 , 2) Mengirimkan tulisan dalam bentuk essai yang bertemakan “The Importance of Cultural Awarness in Developing Indonesia”, minimal 500 kata dan maksimal 600 kata, 3) Dikumpulkan paling lambat tanggal 4 Januari 2013.
Beliau bilang lagi, bahwa pemberangkatan di awal bulan April dan akan memakan waktu 5 hari 4 malam disana. Waah, kedengarannya menarik banget yah?

Akhirnya beliau menuntaskan pengumumannya dengan berharap banyak bahwa di kelas saya ada salah satunya yang bisa berangkat ke Thailand. Insya Allah.
Awalnya saya benar-benar sangat semangat untuk ikut kesempatan ini. Alhamdulillah syarat atau ketentuannya bisa saya ikhtiarkan. Lagipula ini juga salah satu jalan impian saya juga bisa keluar negeri dengan prestasi. Sampai udah berunding dengan seorang sahabat bagaimana caranya bikin essai yang semaksimal mungkin. Tetapi lama-lama saya terbentur dengan ketakutan-ketakutan saya tersendiri. “Gimana izin dari sekolahnya ya kalo saya nanti pergi ke Thailand? Apakah sekolah mengizinkan saya??? Anak-anak bagaimana nanti?”

Astaghfirullah, saya tersadar. Sejak kapan ikut kesempatan ini dengan niat untuk benar perginya saja, bukan untuk ilmu? AKhirnya saya pasrahkan semua. Terpilih atau tidak, pergi atau tidaknya, saya tetap menuliskan essai itu untuk ilmu. Akhirnya pas banget tanggal 4 Januari, saya mengumpulkan karya tulis itu kepada dosen yang bersangkutan. Beliau bilang, nanti akan di informasikan lagi yaa.
Dan taraaa….. besok paginya, saya dapat pesan singkat dari Bapak Fauzi, bahwa beliau sudah membaca karya saya dan menunggu saya untuk mendiskusikan karya tulis saya secara lisan. Alhamdulillaah ya Allah…
Ketemunya sore, sehabis ashar. Akhirnya demi kelancaran nanti ketika berdiskusi dengan sang dosen, saya sempatkan untuk membahas isi essai dengan cara diskusi. Hmmm, sedikit membantu persiapan saya untuk berdiskusi nanti. Dan tibalah waktunya, saya sudah berada di hadapan dosen saya kini. Ternyata diskusinya tidak seseram yang saya bayangkan. Tidak terlalu mengupas essai saya, dan waktunya yang sangat singkat hanya 5 menit. Seusai itu saya disuruh menghadap ke ibu pembantu dekan 1, yaitu Bu Nanik. Untuk melakukan wawancara yang selanjutnya. Haa? Surprise deh saya musti ada wawancara lanjutan dengan Bu Nanik. Tapi ya bismillah aja yah. *deg2an

Ketemu Bu Nani, wawancaranya lumayan lebih lama dibanding dengan Pak Fauzi. Beliau lebih banyak memberikan masukan bagaimana nanti disana, bahwa ke10 mahasiswa yang terpilih akan menjadi duta dari Indonesia. Kita yang membawa nama baik bangsa serta universitas serta khususnya fakultas pendidikan. Seusai wawancara, Bu Nani menyuruh saya menuliskan nama, nomor mahasiswa serta nomor handphone pada secarik kertas. Ternyata saya orang ke 17, sudah ada deretan 16 nama di atas nama saya yang sudah diwawancara beliau. Saya mengenali beberapa deretan nama di kertas itu. Yang dipilih kan Cuma 10, itu berarti akan ada penyaringan lagi dari keseluruhan mahasiswa yang telah diwawancara. Saya sudah sangat jauuuh bersyukur bahwa saya dapat menuliskan essai, berdiskusi dan diwawancarai. Entah saya terpilih atau tidak, saya berdo’a sama Allah minta sebuah keputusan yang terbaik. Saya serahkan kepada keputusanNya.

Pada akhirnya, 10 nama telah diumumkan beliau di facebook. Apakah nama saya tertera disana? Ternyata tidak. Apakah saya kecewa? Ya, sedikit. Harapan saya untuk pergi memang ada, tetapi tidak menggebu dan memaksakannya. Karena dari awalnya saya memang berdo’a padaNya, meminta jalan terbaikNya. Dan mungkin ini jalan dariNya.
Meski saya tidak terpilih, saya belajar banyak hal. Mungkin saya harus lebih banyak belajar lagi tentang kemampuan menulis saya, bahasa inggris saya, dan sebagainya. Ya, semua ada hikmahnya. Ga ada yang sia2.
Saya syukuri juga, bahwa saya tidak perlu risau untuk meminta izin dengan sekolah serta dilema meninggalkan anak didik selama sepekan. Alhamdulillah… 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung ke Blog Lifelong Learner ini
Untuk mempererat tali silaturrahim, silahkan tinggalkan jejakmu disini agar saya pun bisa berkunjung ke blog anda, salam ^^