Bismillahirrahmaanirrahim
….
Ya ampun, parah
banget deh saya. Jarang banget upload tulisan di blog sampai udah ganti tahun
pula. *tepok jidat
Banyak kejutan ketika
buka dasbor, tentang cerita2 upload-an teman2 blogger dan sahabat saya yang
shalihah, liawati. Baru lihat tulisan tentang MerahPutih MyBest yang
mengharukan sekalee. *lebayy
Oke deh, langsung
ajah mau curhat banyak neh blogger. Dimulai yang mana dulu yak? Saking
banyaknya atau saking buntunya mau nulis nih? *ngeles.com
Ya udah mulai cerita
dari kampus saya tercinta saja yaa. Jadi begini, pas tahun lalu kemarin di
bulan Desember, suatu sore Bapak Fauzi Syamsuar (dosen), memasuki kelas saya
dan mengumumkan sesuatu. Beliau bilang bahwa salah satu universitas di Thailand
mengundang mahasiswa-mahasiswa dari Malaysia, Thailand dan Indonesia,
masing-masing 10 orang. Untuk mengadakan pertemuan di universitas tersebut,
dalam rangka berdiskusi tentang perkembangan kebudayaan di ASEAN. Naah… dalam
rangka menjaring 10 mahasiswa tersebut, maka beliau menjelaskan ketentuan bagi
siapa yang berminat untuk ikut ke Thailand. Syarat-syaratnya adalah 1) IPK
minimal 3,0 , 2) Mengirimkan tulisan dalam bentuk essai yang bertemakan “The
Importance of Cultural Awarness in Developing Indonesia”, minimal 500 kata dan
maksimal 600 kata, 3) Dikumpulkan paling lambat tanggal 4 Januari 2013.
Beliau bilang lagi,
bahwa pemberangkatan di awal bulan April dan akan memakan waktu 5 hari 4 malam
disana. Waah, kedengarannya menarik
banget yah?
Akhirnya beliau
menuntaskan pengumumannya dengan berharap banyak bahwa di kelas saya ada salah
satunya yang bisa berangkat ke Thailand. Insya Allah.
Awalnya saya
benar-benar sangat semangat untuk ikut kesempatan ini. Alhamdulillah syarat
atau ketentuannya bisa saya ikhtiarkan. Lagipula ini juga salah satu jalan
impian saya juga bisa keluar negeri dengan prestasi. Sampai udah berunding dengan
seorang sahabat bagaimana caranya bikin essai yang semaksimal mungkin. Tetapi
lama-lama saya terbentur dengan ketakutan-ketakutan saya tersendiri. “Gimana izin dari sekolahnya ya kalo saya
nanti pergi ke Thailand? Apakah sekolah mengizinkan saya??? Anak-anak bagaimana
nanti?”
Astaghfirullah, saya
tersadar. Sejak kapan ikut kesempatan ini dengan niat untuk benar perginya
saja, bukan untuk ilmu? AKhirnya saya pasrahkan semua. Terpilih atau tidak,
pergi atau tidaknya, saya tetap menuliskan essai itu untuk ilmu. Akhirnya pas
banget tanggal 4 Januari, saya mengumpulkan karya tulis itu kepada dosen yang
bersangkutan. Beliau bilang, nanti akan di informasikan lagi yaa.
Dan taraaa….. besok
paginya, saya dapat pesan singkat dari Bapak Fauzi, bahwa beliau sudah membaca
karya saya dan menunggu saya untuk mendiskusikan karya tulis saya secara lisan.
Alhamdulillaah ya Allah…
Ketemunya sore,
sehabis ashar. Akhirnya demi kelancaran nanti ketika berdiskusi dengan sang
dosen, saya sempatkan untuk membahas isi essai dengan cara diskusi. Hmmm,
sedikit membantu persiapan saya untuk berdiskusi nanti. Dan tibalah waktunya,
saya sudah berada di hadapan dosen saya kini. Ternyata diskusinya tidak seseram
yang saya bayangkan. Tidak terlalu mengupas essai saya, dan waktunya yang
sangat singkat hanya 5 menit. Seusai itu saya disuruh menghadap ke ibu pembantu
dekan 1, yaitu Bu Nanik. Untuk melakukan wawancara yang selanjutnya. Haa?
Surprise deh saya musti ada wawancara lanjutan dengan Bu Nanik. Tapi ya
bismillah aja yah. *deg2an
Ketemu Bu Nani,
wawancaranya lumayan lebih lama dibanding dengan Pak Fauzi. Beliau lebih banyak
memberikan masukan bagaimana nanti disana, bahwa ke10 mahasiswa yang terpilih
akan menjadi duta dari Indonesia. Kita yang membawa nama baik bangsa serta
universitas serta khususnya fakultas pendidikan. Seusai wawancara, Bu Nani
menyuruh saya menuliskan nama, nomor mahasiswa serta nomor handphone pada
secarik kertas. Ternyata saya orang ke 17, sudah ada deretan 16 nama di atas
nama saya yang sudah diwawancara beliau. Saya mengenali beberapa deretan nama
di kertas itu. Yang dipilih kan Cuma 10, itu berarti akan ada penyaringan lagi
dari keseluruhan mahasiswa yang telah diwawancara. Saya sudah sangat jauuuh
bersyukur bahwa saya dapat menuliskan essai, berdiskusi dan diwawancarai. Entah
saya terpilih atau tidak, saya berdo’a sama Allah minta sebuah keputusan yang
terbaik. Saya serahkan kepada keputusanNya.
Pada akhirnya, 10
nama telah diumumkan beliau di facebook. Apakah nama saya tertera disana?
Ternyata tidak. Apakah saya kecewa? Ya, sedikit. Harapan saya untuk pergi
memang ada, tetapi tidak menggebu dan memaksakannya. Karena dari awalnya saya
memang berdo’a padaNya, meminta jalan terbaikNya. Dan mungkin ini jalan
dariNya.
Meski saya tidak
terpilih, saya belajar banyak hal. Mungkin saya harus lebih banyak belajar lagi
tentang kemampuan menulis saya, bahasa inggris saya, dan sebagainya. Ya, semua
ada hikmahnya. Ga ada yang sia2.
Saya syukuri juga,
bahwa saya tidak perlu risau untuk meminta izin dengan sekolah serta dilema
meninggalkan anak didik selama sepekan. Alhamdulillah…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung ke Blog Lifelong Learner ini
Untuk mempererat tali silaturrahim, silahkan tinggalkan jejakmu disini agar saya pun bisa berkunjung ke blog anda, salam ^^