Bismillahirrahmaanirrahim…..
Alhamdulillah…. Di semester 2 di tahun pelajaran
2011-2012 ini, saya di amanahkan oleh Allah anak-anak didik yang sangat luar
biasa bagi saya. Semangat mereka luar biasa! Itu yang membuat saya ikut juga
terpacu dengan semangat belajar serta berjuang mereka untuk belajar.
Ketika sedang mengajar, sambil menatap lekat anak didik
yang sedang membaca ayat-ayatNya. Kadang malah menerbangkan pikiran saya ke 6
tahun hadapan. Membayangkan seperti apakah rupa anak saya kelak, seperti apa
akhlaknya, tertawanya, sedihnya dan sebagainya. Interaksi saya akhir-akhir ini
dengan anak-anak didik sering membawa saya ke sana. Lucu banget dengan
kepolosan mereka. Ya Allah… semoga anakku bisa sholih serta shalihah seperti
anak-anak didikku sekarang. Bahkan lebih. Harapku. Insya Allah. Amin
Hingga suatu hari, ayatul kauni Allah dihamparkanNya di
depan saya. Melalui anak didik saya. Kelas 1 SD. Namanya Muhammad Fauzan
Maulana. Saya terharu dengan daya juang sera semangatnya yang tinggi. Kala itu
dia tidak mengerjakan tugas membaca Cahayaku
di rumah. Dan sudah menjadi kesepakatan kami bersama, jika ada yang tidak
mengerjakan PR membaca Cahaya di
rumah maka akan membaca sebanyak 5x di sekolah. Maka Fauzan pun melaksanakan
konsekuensinya ditambah dengan tugas membaca di sekolah sebanyak 3x. Jadi dia
harus membaca sebanyak 8x.
Sungguh saya benar-benar tidak menyangka bahwa dia mau
serta sanggup mengerjakan segala konsekuensinya itu. Karena agak terbata dia
membaca tiap kata. Tetapi dia terus membaca. Walaupun lambat tetapi memang
bacaannya betul. Bahkan ketika saya sedang mengetes bacaan Cahayaku Fauzan Kamil kemudian saya menyuruhnya untuk kembali
mengulang karena kurang lancar. Dengan sigap serta penuh semangat Fauzan
Maulana menawarkan dirinya untuk membantu Fauzan Kamil untuk membaca bersama
dengannya! Subhanallah….. mata saya berkaca-kaca. Terharu.
Ya Allah… saya disadarkan oleh Allah lewat dia. Fauzan
Maulana. Tentang arti sebuah daya juang serta semangat yang tiada pernah padam
ketika belajar dan dalam hal apapun. Terima kasih ya nak. Semoga senantiasa
menjadi anak shalih yang selalu semangat ya. Amiiin
###
Kisah lain pun ada. Masih di level yang sama. Kelas 1 SD.
Namanya Zidan Kasyafa AnNaba. Siang itu bagian kelompok kelas 1 yang menjadi
giliran belajar di penghujung hari menjelang Zhuhur. Ketika saya hendak
menyiapkan anak-anak untuk berdo’a penutup untuk pulang, Zidan berkata dengan
sedikit berteriak pada saya.
“Ibu, aku pipis….” Ujar Zidan
dengan ekspresi yang menunjukkan sedikit ketakutan
“Sekarang?” tanyaku. Saya
mengira Zidan akan minta izin untuk ke kamar mandi tetapi dia menjawab lagi
“Iya bu sekarang lagi
pipis.. yah, yah,, aku pipis di celana bu!!!” jawabnya lagi sambil mengerutkan
muka nya lantas menangis
Teman-temannya yang lain
pun bertanya-tanya pada saya. Tetapi segera mereka ku alihkan serta menyuruh
mereka segera pulang. Dan menjawab singkat penasaran mereka dengan…
“Zidan mau pulang bareng
Bu Guru, kalian ayo pulang duluan ya…. “ ujarku sambil menyalami anak-anak
lainnya
Dan Zidan dengan segala kecamuk perasaannya. Mungkin dia
takut, malu, sedih. Campur aduk lah. Sempat juga kutanyakan kenapa dia tidak
minta izin sebelumnya untuk ke kamar mandi. Dan menjelaskan bahwa aku tidak akan melarangnya jika dia mau ke
kamar mandi. Tetapi dia jawab dengan….
“Pipisnya dari tadi susah
Bu…. Aku malu bu…” ujarnya khawatir
“Ya udah sayang gak
apa-apa. Ibu gak marah sama Zidan. Udah pipisnya? Ayo kita ke kelas yuk, Zidan
taro sandal dimana? Ayo bareng Bu Prita yuk ke kelasnya ya….” Ujarku berusaha
menenangkannya sambil mengelus kepalanya. Kasian, mungkin lagi kurang sehat yah kamu nak? Ujarku dalam hati.
Sepanjang perjalanan Zidan sudah tidak menangis lagi. Aku
salut sama Zidan. Untuk se umuran dia, dia termasuk anak yang cukup tangguh.
Bahkan mungkin tadi dia tidak ingin menangis. Mungkin bentuk menangisnya tadi
karena dia takut dimarahi olehku, di ketahui oleh teman-temannya dan
sebagainya.
Sesampainya di kelasnya, Zidan ga mau masuk kelas.
Akhirnya aku yang masuk lantas memberitahu kepada Wali kelasnya dan aku
menghampiri kembali Zidan yang ada di selasar kelas. Mau member sedikit
motivasi padanya…
“Sholih sayang… sudah ya
jangan nangis. Gak apa-apa kok. Bu Guru ga marah kan? Zidan juga gak apa-apa
kan? Lain kali kalo mau izin gak apa ya sayang. Oke? Senyum donk. Tos sama Bu
Prita….” Ujarku sambil bertos dengannya.
Alhamdulillah…. Walau masih malu. Zidan sudah mau bertos
denganku. Dan itu juga sedikit membuatku
lega dan tak membuat dia merasa down dengan kejadian barusan.
Ya Allah…. Kejadian ini. Membawa sejuta cerita indah ke
hantaran alam pikiranku. Sholih banget
deh Zidan… Ada harapan kelak di masa hadapan punya anak yang sholih
sepertinya. Zidan juga termasuk anak yang unggul di kelompok. Hafalannya juga
yang paling tinggi dan untuk ukuran se umurnya. Alhamdulillah hafalannya sudah
Al-Bayyinah.
Dan yang lebih mengejutkannya lagi. Ketika besoknya aku
bertemu dengannya lagi di pembelajaran, ada barisan kata yang makin membuatku
sejuk dengannya. Dia berujar…
“Ibu…. Aku minta maaf ya
kemaren merepotkan ibu…” ujarnya sambil menyalamiku.
Reaksiku Cuma 1.
Speechless!
###
* Ya Allah…. Harapku kepadaMu
sang satu-satunya tempat berharap serta bergantung. Karuniakanlah hamba
anak-anak yang sholih serta shalihah. Yang kelak menjadi amanah yang KAU
titipkan hamba bersama kelak dengan mujahidku di dalam satu biduk rumah tangga.
Dan berikanlah kami kekuatan untuk mendidik mereka dengan sebaik-baik
pendidikan serta sebaik-baik cinta karenaMu, di jalanMu dan hanya untukMu.
Kelak KAU jadikann keturunan kami menjadi mujahid serta mujahidah penerus
kejayaan DienMu Ya rabb. Amiiin. Insya Allah…
“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku tetap melaksanakan shalat,
ya Tuhan kami, perkenankanlah do’aku….” (QS Ibrahim : 40)