Bismillahirrahmaanirrahim …
Setelah kemarin, tanggal
12 Mei saya memutuskan diri untuk memulai menulis proposal untuk pengajuan
skripsi, akhirnya yang sampai detik ini belum kunjung juga selesai. Gubraak!!!
Kenapa coba? Ya entahlah, padahal keesokan harinya saya begitu bersemangat berangkat
pergi ke perpus UI di Depok. Ternyata referensi yang saya butuhkan minim
sekali, ya gak apa deh daripada ga nyari sama
sekali. Hehe.
Rabunya, saya pergi ke
perpus kampus tercinta. Disana saya lihat beberapa contoh skripsi para alumni
terdahulu yang meneliti tentang korelasi. Saya terfokus untuk membaca Bab I
mereka, terlebih jika ada listening nya, maka akan dibaca
detail deh.
Malamnya, sambil “mojok”
(bahasa kami, saya dengan teman-teman ketika kumpul) di Mcd, saya konsultasikan
dengan mb Dika tentang kelengkapan proposal skripsi. Yang masih saya bingung
adalah intrumen yang akan diteliti nanti. Bagaimana cara mengambil datanya ya?
Secara, bapak sekjur, yang menyeleksi judul skripsi itu orangnya betul-betul
detail dan bertanya sangat memojokkan kalo menurut saya. Hehe.
Hampir putus asa dan
ingin mencari pengganti judul yang lain, tetapi Mb Dika sama Ochi menyemangati. Ya
sudahlah,,, mungkin dirumah nanti dapat inspirasi. Akhirnya kami
berpisah kea rah rumah masing-masing. Dan saya, masih menyimpan ribuan tanda
tanya di benak, mencari-cari jawaban. Ya itu tuh, si instrument penelitian,
hehe.
***
Sejenak kita pergi yuk
meninggalkan si instrument itu, hehe. Saya hanya mencoba untuk merefleksikan
pikiran biar ga ruwet dan kusut. Hehe. Karena saya inginnya bahwa menulis
skripsi adalah sebuah kegiatan yang mengasyikan, yaa…dicoba, dan dipelajari
untuk menikmati tiap detailnya begitu. Meski ingin sekali saya berhenti untuk
menyudahi semua ini… (alaaah.. apa sih Ta???). Hehe
Iya betul, kata Bu
Chichi, tetangga saya yang suka facial in muka jerawat ini. Beliau bilang, kalo
skripsi jangan dijadiin beban. Nanti malah ga dapet-dapet idenya. Lalu beliau
nyaranin saya buat main sama anak kecil. Bermain bersama anak-anak bisa
memunculkan ide-ide yang tidak disangka. Ha? Masa sih, hehe. Jadi inget
anak-anakku dulu waktu di Ummul Quro, kangen deh.
Pada akhirnya, Jum’at
tadi selepas mata kuliah Interpreting, saya menemui Pak Muhajir,
dosen yang bersangkutan. Bertanya-tanya tentang keluh kesah saya tentang skripsi
ini, ciee bahasanya lah. Beliau bilang judulnya bagus, terus komen juga tentang instrument yang
saya bingungkan. Saran beliau, pengetesannya di ambil secara lisan saja,
seberapa persen masing-masing orang bisa menginterpretasikan apa yang
didengarnya. Selanjutnya, “Ya kamu ngobrol deh sama Pak F****, biar lebih
jelas…” . Lantas saya langsung melengos deh, “oke deh pak, makasih ya Pak” ujar
saya sembari duduk, lemes kaya ga punya tulang. Hehe.
Pak Muhajir menyarankan
saya bertemu dengan sang Sekjur. Menurut saya, Pak Sekjur itu jika kita ajak
diskusi, memberikan garis besarnya saja dan membuat mahasiswanya untuk pergi
mencari. Mungkin trial and error begitu ya? Mungkin.
Oke, karena sudah jam
23.27, mata juga udah kreyep-kreyep dan perut mules, udahan dulu ya curhatnya.
Lanjut lagi ke judul berikutnya, insya Allah.
Apapun itu tentang
skrispsi, ya! Saya (selalu) belajar untuk menikmati tiap detik prosesnya,
sebagai pembelajaran menuju pemahaman. Yang terpenting tak berhenti dan diam di
tempat serta pasrah dengan yang ada. Insya Allah, Allah pasti kasih
jalan. Allah kuatkan dan mampukan PriTa! Aamiin, insya Allah.
Wallahu’alam.