Sabtu, 23 Maret 2013

Kampus Perjuangan (UIKA Bogor)


Bismillahirrahmaanirrahim …

UIKA Bogor

Foto ini saya ambil ketika hari kamis kemarin tanggal 21 Maret. Setelah mengerjakan tugas-tugas kuliah di warnet, kemudian saya menyebrang menuju foto yang saya abadikan itu. Foto itu adalah sebuah gambar yang bukan hanya gambar biasa. Tetapi gambar itu punya warna, punya cerita serta warna yang berbeda buat saya. Akhirnya saya putuskan untuk beberapa menit saya ambil dan saya abadikan dalam kamera handphone saya. Meski di hati saya, sudah lebih dahulu terpatri namanya. *gubraak, sok puitis amaat

Nama kampus itu UIKA, dan ada tambahan nama kota dimana dia berada yaitu Bogor. UIKA itu kepanjangan dari Universitas Ibn Khaldun. Kurang lebih 4 tahun yang lalu, asa saya sempat melayangkan diri kepada salah satu fakultas di dalamnya. Entah kenapa saya menginginkan untuk berada di sana. Menimba ilmuNya di sana. Dan bulan September tahun 2010, Allah izinkan saya untuk benar2 tercatat menjadi salah satu mahasiswi di sana.

Kini, saya tengah memasuki tahun ketiga untuk menempuh pendidikan S1 jurusan Pendidikan. Bahasa Inggris khususnya. Saya akui, makin tinggi semester, maka makin tinggi pula mata kuliah yang saya pelajari. Itu artinya, makin tinggi  juga, ujian serta cobaan untuk tetap terus bertahan dan terus memperjuangkan semuanya. Bukan hanya bertahan, tetapi terus berjalan menyelesaikan pendidikan tepat waktu. Aamiin ya Rabb.

Bukannya mau menyalahkan keputusan teman-teman saya juga sih, yang ada sebagian cuti untuk tidak kuliah di semester ini, atau pun ada yang keluar dan tidak melanjutkannya lagi karena berbagai hal yang mengharuskan mereka untuk memilihnya. Tetapi hal ini saya anggap atau membuat saya teringat dengan perkataan seorang dosen saya di semester 2. Yang pernah pula saya jadikan sebuah catatan di facebook saya. Beliau bilang, semakin tinggi semester maka semakin tinggi pula hambatan serta tantangan yang ada. Dan kemudian beliau mendo’akan kami semua agar terus bertahan hingga menyelesaikan studi dengan baik. Aamiin.

Hmm,,, apakah lulus S1 itu adalah akhir tujuan dari perjuangan saya? Saya berfikir bahwa kelulusan saya nanti adalah awal bukan akhir. Mengapa? Karena di saat itulah penimbaan ilmu yang 4 tahun saya jalani, insya Allah akan saya aplikasikan dalam kehidupan yang nyata.

Ya Allah, semoga kekuatanMu selalu menguatkan langkah kaki ini untuk mampu menuntut ilmu sampai kapanpun dan dimanapun juga. Karena hanya kekuatanMu yang memampukanku. Hanya kekuatanMu….

Senin, 04 Maret 2013

Muhammad Al Fatih


Bismillahirrahmaanirrahim ….


Muhammad Al Fatih, sebuah nama yang tak  asing lagi di telinga ini mendengarnya. Dialah seorang sosok yang sejak masa kanak-kanaknya telah ditanamkan untuk menjadi seorang pemimpin besar. Seorang yang telah ditanamkan kuat dengan ajaran Islam serta ilmu pengetahuan lainnya, serta memiliki impian besar untuk penaklukan sebuah benteng, yaitu Konstantinopel.  Sang guru pun seringkali mengajak Al Fatih kecil untuk melihat benteng itu dari kejauhan, sambil berkata, “Lihatlah di seberang sana, Rasulullah pernah bersabda bahwa benteng itu akan ditaklukkan seorang pemimpin yang merupakan sebaik-baiknya pemimpin dan tentaranya adalah sebaik-baik tentara. Saya percaya, pemimpin itu adalah kamu.”

Itulah kalimat penyemangat, dari seorang guru untuk Al Fatih yang setiap hari dia tumbuhkan. Demi sebuah keyakinan yang akan terus menguat di dalam diri Al Fatih. Catatan sejarah 800 tahun sejak masa para sahabat, Konstantinopel tidak pernah tertaklukkan. Bahkan Ayah, kakek, atau pendeknya banyak pihak sebelumnya gagal menaklukkan kota ini. Yang dilindungi benteng dengan dinding setebal 10 meter. Di sekeliling benteng masih terdapat parit selebar tujuh meter. Jika diserang lewat Barat, ada benteng dua lapis. Dari Selatan, ada pelaut Genoa yang kuat dan berpengalaman. Sementara, masuk dari arah Timur nyaris tidak mungkin karena armada laut harus masuk ke selat sempit Golden Horn yang dilindungi rantai besar hingga kapal perang kecil pun tak bisa lewat. Lalu, bagaimana mungkin Al Fatih bisa berhasil?

Ketika ratusan ribu pasukannya selama berpekan-pekan tidak juga berhasil menaklukkan Konstantinopel, Al Fatih yang tak ingin menyerah akhirnya menemukan kelemahan pertahanan lawan di selat sempit Golden Horn. Karena terlalu yakin tidak ada kapal yang sanggup melewati rantai yang dipasang di lautan, pertahanan di bagian ini agak lemah.

Al Fatih memerintahkan pasukannya menarik dan menggotong kapal mereka melalui jalur darat, melewati pegunungan. Dalam semalam, 70 kapal laut pindah dari selat Bosphorus menuju Selat Tanduk untuk kemudian melancarkan serangan tidak terduga yang berakhir dengan kemenangan yang dinanti selama berabad-abad lamanya.

Pastinya ada banyak rangkaian catatan perjuangan dibalik kesuksesan tersebut. Selain impian yang ditanamkan sejak kecil, pola asuh yang diterapkan sang ayah sangat berpengaruh kuat sehingga tertanam kuat dalam dirinya sebuah tekad untuk menaklukkan benteng yang menjadi kunci penyebaran Islam di Eropa Timur.

Sang ayah pun mencarikan guru terbaik dan memberikan kekuasaan kepada sang guru untuk mendisiplinkan putra mahkota. (Sumber; Resonansi Asma Nadia 020213)
***

Muhammad Al Fatih, telah begitu banyak memberikan saya inspirasi dan pemahaman. Bahwa seorang pemimpin besar itu tidak lahir begitu saja tanpa adanya pengajaran dan pendidikan terbaik dari orang tuanya. Pendidikan terbaik itu juga tidak tersedia begitu saja dalam diri setiap orang tua. Semuanya itu berawal dari sebuah kesadaran diri masing-masing seorang wanita dan pria yang bersatu dalam ikatan suci pernikahan, yang bersama mempunyai sebuah cita kelak melahirkan generasi mulia. Semua itu butuh perjuangan gigih dari calon orang tua untuk mempersiapkan diri menjadi guru yang paling pertama bagi anak mereka nanti. Yang menjadi tongkat estafeta perpanjangan kemenangan dien agama ini. Bahkan jauh sebelum mereka merencanakan pernikahan sekalipun.

Bagaimana kelak kita akan melahirkan generasi terbaik jika diri kita sendiri tidak pernah menjadi pribadi yang baik pula? Tidak pernah selalu bermujahadah untuk selalu berbenah memperbaiki diri, lalu bagaimana kita bisa mewujudkan cita-cita kita?

Setiap harapan maupun cita-cita yang kita azzamkan, dengan ikhtiar serta do’a yang maksimal serta atas  izin, kekuasaan dan kekuatanNya lah dapat kita wujudkan. Apalagi untuk sebuah niat mulia yang kita landaskan untuk beribadah kepadaNya. Menjadi pendidik bagi diri sendiri, keluarga maupun ummat untuk menjadi generasi terbaik, penyeru dan penegak agama ini di bumi.

Setiap kita punya keinginan, harapan, azzam ataupun cita-cita yang unik dan berbeda. Apapun itu semoga semua cita itu berdasarkan atas keinginan kita dalam rangka ibadah kepadaNya. Semoga cita itu kita kuatkan selalu juga dengan ilmu, serta yang terutama iman.

Anda punya impian, harapan, cita-cita ataupun azzam yang besar kan? Saya pun begitu. Dan tulisan ini adalah salah satu bentuk upaya mujahadah saya dalam mewujudkannya. Sebuah nama yang memberikan saya inspirasi. Sebuah nama yang memberikan saya semangat serta keyakinan yang begitu kuat. Sepenggal sejarah yang termahsyur hingga kini, dan kelak ingin saya lanjutkan pula dengan cerita yang berbeda tetapi dengan sebuah rasa semangat yang sama.

_our dream's_
Semoga ini bukan sekedar hanya impian saya semata, tetapi juga cita saya dengannya. Seseorang yang kelak nanti Allah pinjamkan menjadi pendamping saya, dan saya dipinjamkan Allah untuk mendampinginya. Berdua, bersama melahirkan sosok serupa sang penakluk benteng yang telah dinanti berabad lamanya. Semoga Allah izinkan, Aamiin.    




*Muhammad Al Fatih, adalah do’a serta cita-cita kita bersama