Bismillahirrahmaanirrahim……
Dikisahkan
oleh Rabiah bin Ka’ab al-Aslami, bahwa pada suatu malam ia pernah menyediakan seember
air wudhu dan keperluan-keperluan lain yang dibutuhkan Rasulullah SAW. Melihat
kebaikan yang dilakukan Rabiah, Rasulullah berkata kepadanya, “Mintalah
seseuatu dariku, wahai Rabiah,”
Rabiah
pun menyebutkan permintaannya. “Wahai Rasulullah, aku minta agar Allah
menjadikanku sebagai pendampingmu di surge kelak.” Rasulullah bertanya lagi, “Apakah
tak ada permintaan lain selain itu?”
“Tidak
ada, wahai Baginda Nabi. Hanya itu yang aku ingin aku minta darimu,” jawab
Rabiah. “Jika demikian, maka jagalah dirimu untuk memperbanyak sujud.” (HR
Muslim)
Sujud
pada hakikatnya bukanlah sekedar gerakan dan ritual yang ada dalam shalat. Lebih
dari itu, sujud adalah salah satu bentuk kepasrahan total dengan merendahlan
diri serendah-rendahnya di hadapan keagungan Allah Yang Maha Kuasa. Sujud
merupakan bentuk pengharapan ridha dan cinta dari Dzat Yang Maha Melihat, serta
bentuk syukur atas beragam nikmat Allah, dan kecemasan dari azab Allah yang
Maha dahsyat.
Sujud
adalah bukti keimanan seorang Mukmin. “Sesungguhnya orang yang benar-benar
beriman kepada ayat-ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan
ayat-ayat itu, mereka segera bersujud seraya bertasbih memuji Rabbnya dan
mereka tidak menyombongkan diri.” (QS Al-Sajdah:15).
Selain
itu, sujud juga merupakan bukti nikmat dan kasih sayang Allah kepada hambaNya. “Mereka
itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi
dari keturunan Adam, dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dari
keturunan Ibrahim dan Israil (Ya’qub), dan dari orang-orang yang telah Kami
pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka
mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.” (QS Maryam:58).
Sujud
juga momen paling intim antara hamba dan Tuhannya. “Sesungguhnya saat yang
paling dekat antara seorang hamba dengan Tuhannya adalah ketika ia sedang
bersujud.” (HR Muslim). Karena sujudlah, seorang manusia mendapat predikat
Ibadurrahman, hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang, dan dijamin masuk surge. “Dan
Ibadurrahman (hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang) ialah orang-orang yang
berjalan di atas bumi dengan rendah hati, dan apabila orang-orang jahil
menyapa, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. Dan,
mereka adalah orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk
Tuhan mereka.” (QS Al-Furqan:63-64).
Dengan
sujud pula Allah mengangkat derajat para Rasul dan menjadikan golongan paling
mulia dalam sejarah umat manusia. “Muhammad itu adalah utusan Allah. Dan,
orang-orang yang bersamanya bersikap keras terhadap orang kafir, tetapi
berkasih sayang dengan sesame mereka. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud
mencari karunia Allah dan keridhaanNya. Tanda-tanda mereka tampak pada muka
mereka dari bekas sujud.” (QS Al-Fath:39). Wallahu’alam. (Penulis,
Jauhar Ridloni Marzuq).
###
Membaca
renungan di atas, membuat pikiran saya langsung dipenuhi oleh berbagai
pertanyaan-pertanyaan ini…. Tidakkah renungan di atas membuat hati ini ingin
menjadi pendamping Nabi kita yang mulia di surgaNya? Tidakkah membuat diri ini
memanfaatkan sebaik-baiknya momen indah, momen yang paling dekat denganNya?
Tidakkah membuat diri ini ingin selalu berusaha membuktikan cinta kita kepadaNya?
Tidakkah menyentuh diri ini mengungkapkan syukur serta pengharapan hanya
ridhaNya? Tidakkah hati ini tergugah untuk lebih banyak untuk melakukannya?
Setidaknya
kita sujud sebanyak 34 kali dalam 1 hari. Itulah hitungan sujud pada saat
shalat-shalat wajib kita dalam sehari. Cukupkah sujud-sujud kita yang hanya
dengan 34 kali itu jika dibandingkan dengan beragam nikmat Allah yang selalu
dilimpahkanNya tiap waktu kepada kita. Cukupkah sujud-sujud kita membalas
cintaNya yang tak pernah bertepi untuk kita?
Tentu
kalkulasi seluruh sujud yang kita lakukan selama kita hidup pun tidak akan
pernah cukup membalas segala nikmat, anugerah, serta cinta kasih yang Allah
berikan kepada kita. Tetapi setidaknya kita berusaha semaksimal mungkin dengan
segala daya kekuatan diri, rasa syukur kita, rasa cinta kita yang terdalam
kepadaNya dengan memperbanyak sujud –sujud kita. Tidak hanya dalam
shalat-shalat yang diwajibkanNya. Tetapi kita nyalakan juga semangat menambahnya
dengan shalat-shalat yang disunnahkanNya. Lalu kita belajar pula untuk tetap
teguh melakukannya dalam keseharian hidup kita. Bukankah Allah mencintai amal
yang sedikit namun berkelanjutan terus dan menerus? Tidakkah diri ini tidak
juga tergerak melakukan lebih banyak sujud untuk meraih cintaNya? Wallahu’alam.
“Wahai orang-orang yang beriman! Rukuklah,
sujudlah, dan sembahlah Tuhanmu; dan berbuatlah kebaikan, agar kamu beruntung”
(Al-Hajj:77)
Al-Alaq ayat 19.....
BalasHapus