Minggu, 04 Maret 2012

Penantian Pernikahan


Bismillahirrahmaanirrahim…..

                Ini cerita tentang sebuah ayat kauniNya yang selalu dibentangkanNya dalam kehidupan saya. Saya selalu dipertemukanNya dengan orang-orang pilihan yang tengah sedikit gundah dan gelisah dalam “penantian”. Penantian apa lagi selain menanti pasangan hidup. Saya yakin, ini bukan suatu kebetulan dan ada hikmah atau pembelajaran berharga yang ingin Allah sampaikan kepada saya. Saya yakin, pertemuan saya dengan “orang-orang pilihan” ini adalah wujud cintaNya kepada saya. Yang kelak nanti ketika saya menghadapi hal serupa, saya diingatkanNya selalu akan cerita2 ini. Insya Allah.

                Bulan ini, begitu banyak “kabar gembira” yang hadir dari kalangan kerabat, sahabat karib, teman sejawat, bahkan teman dalam medan dakwah. Mereka yang kini tengah berbahagia, ada yang juga tengah berdebar menanti waktu bahagia. Ya! Menggenapkan setengah dien mereka. Alhamdulillah… saya pun turut berbahagia mendengar kabar ini. Turut bersemarak dalam kebahagiaan yang berserak di antara mereka. Turut mendo’akan. Barakallah yaa ukhti….

                Di satu sisi saya juga menghadapi teman-teman yang tengah resah “menanti” . Bertanya-tanya dalam hati, dalam do’a. “Kapankah pendamping hidup saya datang?”.

                Pertanyaan di atas merupakan pertanyaan yang juga sering saya ajukan mungkin dalam hati. Malah ditambah lagi dengan  pertanyaan-pertanyaan yang lain, seperti apakah rupanya? Akhlaknya? Karakternya? Sholihnya? Dan yang lainnya, malu ah ditulis di sini. Hihi.

                Menikah…. Siapa yang tidak mau? Menikah…. Ah sekiranya tidak usah lagi saya menceritakan indahnya kehidupan pernikahan. Meski saya juga belum tahu seperti apa indahnya. Tetapi setidaknya saya sudah bisa melihat, merasakan rona-rona kebahagiaan orang-orang di sekitar saya ketika mereka akan atau telah menikah. Selain indah juga berkah. Insya Allah. Amin.

                Tetapi pernikahan membuka lembar-lembar tabir dalam hidup. Pernikahan adalah awal gerbang kehidupan kita yang sesungguhnya. Dengan berbagai proses di awal-awal waktu sebelum kita memutuskan untuk pernikahan. Memilih pasangan terbaik, ber istikharah meminta segala ketentuanNya yang terbaik, saling mengenal dalam proses ta’aruf, hingga ke tahap yang lebih lanjut yaitu ke pengenalan keluarga, khitbah dan akhirnya menikah.

                Pernikahan membuka tabir tentang segala konsekuensi hidup atas pilihan-pilah yang telah kita pilih. Pernikahan menyingkap segala cakupan hidup kita yang lebih luas dan jangka yang sangat panjang. Pernikahan itu tidak untuk satu hari atau dua hari, tetapi kelak sampai akhir hayat kita. Sekali dalam seumur hidup kita. Insya Allah. Amiiin.

                Maka… untuk sebuah keputusan jangka panjang ini, kita harus benar-benar mempersiapkannya dengan baik. Mulai kapan mempersiapkannya? Ya itu dia tuh pertanyaan yang kian mengusik saya. Kapan harus mempersiapkannya? Bagaimana mempersiapkannya? Apa yang harus kita persiapkan? Pertanyaan-pertanyaan ini bukanlah hal kecil loh karena keputusan untuk menikah itu keputusan besar yang di ikuti dengan tanggung jawab yang besar pula.

                Akhirnya sampailah saya kepada sebuah bacaan dalam sebuah Koran harian Jakarta. Ada hal menarik sarat makna yang saya temukan di sana. Sebuah pesan dari seorang sahabat baginda Rasulullah SAW, Utsman bin Affan.

“ Wahai anak-anakku, sesungguhnya orang yang hendak menikah itu ibarat orang yang hendak menanam benih. Maka, hendaknya ia memperhatikan di mana ia akan menyemainya. Dan, ingatlah bahwa wanita yang berasal dari keturunan yang jelek jarang sekali melahirkan keturunan yang baik. Maka, pilih-pilahlah terlebih dahulu meskipun sejenak”

            Hmmm….. teruntuk diri saya sendiri, dan kita semua. Nasihat di atas sekiranya mengingatkan kita bahwa sekali lagi pernikahan bukan hal yang main-main, sepele dan dianggap enteng. Pernikahan kelak akan melahirkan generasi-generasi kelanjutan kita. Penerus kita yang merupakan perpanjangan tangan kita mewujudkan cita yang mulia, kejayaan DienNya. Amiin. Insya Allah

                Untuk diri saya sendiri khususnya, dan untukmu yang tengah kian gundah “menanti”. Tak usah kian merisaukan akan pertanyaan kapan, kapan dan kapan?? Manusiawi sih, apalagi lingkungan sekitar juga kian “menyulut” kita. Hmm…. Pesanku, jangan lah kita tergesa-gesa dalam soal menikah. Mungkin karena umur yang kian mendesak, teman-teman telah banyak mendahului kita, bahkan yang usianya jauh di bawah kita, desakan orang tua dan lain sebagainya. Jangan sampai berfikir begini, “Udahlah, apa yang ada aja….” . Naudzubillah…. Semoga Allah menghindari kita dari fikiran yang demikian. Amin

                Tetapi…. Alangkah baiknya jika kita mau sejenak menyelami diri kita. Menyadari hakikat niat kita menikah untuk apa. Meluruskan segala azzam yang ada pada diri. Bertanya dan terus bertanya tentang tujuan kita dalam pernikahan. Ketahuilah bahwa kelak kita akan menjadi pendidik yang paling pertama bagi anak-anak kita. Sebelum anak-anak kita berguru kepada orang lain, kapan pun dan dimana pun. Khususnya untuk kita para muslimah, “Ibu, madrasah yang pertama….” . Maka, marilah sama-sama kita menyiapkan diri untuk bisa menjadi sebaik-baik pendidik bagi anak-anak kita nanti. Marilah sama-sama kita untuk terus mengembangkan diri dengan sebaik-baik pendidikan. Marilah sama-sama untuk terus menginsyafi diri bahwa ibadah kita mungkin masih banyak yang belum maksimal. Marilah sama-sama kita terus menginterospeksi diri bahwa kita masih banyak kekurangan. Maka mari terus kita bersemangat untuk terus menjadi pribadi yang lebih baik lagi dari hari ke hari. Mari memantaskan diri untuk bisa menjadi pendamping yang baik bagi pasangan kita. Mari kita belajar agar kelak mendapatkan pasangan yang memang pantas mendampingi kita. Jikalau kita menginginkan pasangan yang terbaik, maka marilah kita mulai dari diri kita sendiri untuk menjadi yang terbaik.

Dan sabarlah serta berpegang kuatlah pada taliNya dalam menjalani sebuah proses panjang perbaikan diri ini. Ketahuilah, tiap detail proses perbaikan diri yang kita lakukan selalu dilihat oleh Allah. Seberapa kuat kah tekad kita untuk bisa menjalani setiap proses. Insya Allah…. Dengan kekuatan serta izinNya, kita bisa melewati rangkaian alur proses yang terus menerus ini. Karena yang Allah lihat adalah PROSES kita… bukan hasil. Allah lihat proses kita…. Allah lihat proses kita.

Dan tentang pasangan kita, belahan jiwa kita, mujahid atau bidadari kita…. Insya Allah di waktuNya yang tepat. Kita akan dipertemukanNya di caraNya yang terindah. Insya Allah, amin.
Wallahu’alam




“Dan diantara tanda-tanda (kebesaranNya) ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan DIA menjadikan  diantaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir”
(QS Ar-Rum : 21)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung ke Blog Lifelong Learner ini
Untuk mempererat tali silaturrahim, silahkan tinggalkan jejakmu disini agar saya pun bisa berkunjung ke blog anda, salam ^^