Bismillahirrahmaanirrahim…..
Ini cerita tentang sebuah ayat kauniNya yang selalu
dibentangkanNya dalam kehidupan saya. Saya selalu dipertemukanNya dengan
orang-orang pilihan yang tengah sedikit gundah dan gelisah dalam “penantian”. Penantian apa lagi selain
menanti pasangan hidup. Saya yakin, ini bukan suatu kebetulan dan ada hikmah
atau pembelajaran berharga yang ingin Allah sampaikan kepada saya. Saya yakin,
pertemuan saya dengan “orang-orang
pilihan” ini adalah wujud cintaNya kepada saya. Yang kelak nanti ketika
saya menghadapi hal serupa, saya diingatkanNya selalu akan cerita2 ini. Insya
Allah.
Bulan ini, begitu banyak “kabar gembira” yang hadir dari kalangan
kerabat, sahabat karib, teman sejawat, bahkan teman dalam medan dakwah. Mereka
yang kini tengah berbahagia, ada yang juga tengah berdebar menanti waktu
bahagia. Ya! Menggenapkan setengah dien mereka. Alhamdulillah… saya pun turut
berbahagia mendengar kabar ini. Turut bersemarak dalam kebahagiaan yang
berserak di antara mereka. Turut mendo’akan. Barakallah yaa ukhti….
Di satu sisi saya juga
menghadapi teman-teman yang tengah resah “menanti”
. Bertanya-tanya dalam hati, dalam do’a. “Kapankah
pendamping hidup saya datang?”.
Pertanyaan di atas merupakan
pertanyaan yang juga sering saya ajukan mungkin dalam hati. Malah ditambah lagi
dengan pertanyaan-pertanyaan yang lain,
seperti apakah rupanya? Akhlaknya? Karakternya? Sholihnya? Dan yang lainnya,
malu ah ditulis di sini. Hihi.
Menikah…. Siapa yang tidak mau?
Menikah…. Ah sekiranya tidak usah lagi saya menceritakan indahnya kehidupan
pernikahan. Meski saya juga belum tahu seperti apa indahnya. Tetapi setidaknya
saya sudah bisa melihat, merasakan rona-rona kebahagiaan orang-orang di sekitar
saya ketika mereka akan atau telah menikah. Selain indah juga berkah. Insya
Allah. Amin.
Tetapi pernikahan membuka lembar-lembar
tabir dalam hidup. Pernikahan adalah awal gerbang kehidupan kita yang
sesungguhnya. Dengan berbagai proses di awal-awal waktu sebelum kita memutuskan
untuk pernikahan. Memilih pasangan terbaik, ber istikharah meminta segala
ketentuanNya yang terbaik, saling mengenal dalam proses ta’aruf, hingga ke tahap yang lebih lanjut yaitu ke pengenalan
keluarga, khitbah dan akhirnya
menikah.
Pernikahan membuka tabir tentang
segala konsekuensi hidup atas pilihan-pilah yang telah kita pilih. Pernikahan
menyingkap segala cakupan hidup kita yang lebih luas dan jangka yang sangat
panjang. Pernikahan itu tidak untuk satu hari atau dua hari, tetapi kelak
sampai akhir hayat kita. Sekali dalam seumur hidup kita. Insya Allah. Amiiin.
Maka… untuk sebuah keputusan
jangka panjang ini, kita harus benar-benar mempersiapkannya dengan baik. Mulai
kapan mempersiapkannya? Ya itu dia tuh pertanyaan yang kian mengusik saya.
Kapan harus mempersiapkannya? Bagaimana mempersiapkannya? Apa yang harus kita
persiapkan? Pertanyaan-pertanyaan ini bukanlah hal kecil loh karena keputusan
untuk menikah itu keputusan besar yang di ikuti dengan tanggung jawab yang
besar pula.
Akhirnya sampailah saya kepada
sebuah bacaan dalam sebuah Koran harian Jakarta. Ada hal menarik sarat makna
yang saya temukan di sana. Sebuah pesan dari seorang sahabat baginda Rasulullah SAW, Utsman bin Affan.
“
Wahai anak-anakku, sesungguhnya orang yang hendak menikah itu ibarat orang yang
hendak menanam benih. Maka, hendaknya ia memperhatikan di mana ia akan
menyemainya. Dan, ingatlah bahwa wanita yang berasal dari keturunan yang jelek
jarang sekali melahirkan keturunan yang baik. Maka, pilih-pilahlah terlebih
dahulu meskipun sejenak”
Hmmm….. teruntuk diri saya sendiri,
dan kita semua. Nasihat di atas sekiranya mengingatkan kita bahwa sekali lagi
pernikahan bukan hal yang main-main, sepele dan dianggap enteng. Pernikahan
kelak akan melahirkan generasi-generasi kelanjutan kita. Penerus kita yang merupakan
perpanjangan tangan kita mewujudkan cita yang mulia, kejayaan DienNya. Amiin.
Insya Allah
Untuk
diri saya sendiri khususnya, dan untukmu yang tengah kian gundah “menanti”. Tak
usah kian merisaukan akan pertanyaan kapan, kapan dan kapan?? Manusiawi sih, apalagi lingkungan sekitar juga
kian “menyulut” kita. Hmm…. Pesanku, jangan lah kita tergesa-gesa dalam soal
menikah. Mungkin karena umur yang kian mendesak, teman-teman telah banyak
mendahului kita, bahkan yang usianya jauh di bawah kita, desakan orang tua dan
lain sebagainya. Jangan sampai berfikir begini, “Udahlah, apa yang ada aja….” . Naudzubillah…. Semoga Allah
menghindari kita dari fikiran yang demikian. Amin
Tetapi….
Alangkah baiknya jika kita mau sejenak menyelami diri kita. Menyadari hakikat
niat kita menikah untuk apa. Meluruskan segala azzam yang ada pada diri.
Bertanya dan terus bertanya tentang tujuan kita dalam pernikahan. Ketahuilah
bahwa kelak kita akan menjadi pendidik yang paling pertama bagi anak-anak kita.
Sebelum anak-anak kita berguru kepada orang lain, kapan pun dan dimana pun.
Khususnya untuk kita para muslimah, “Ibu,
madrasah yang pertama….” . Maka, marilah sama-sama kita menyiapkan diri
untuk bisa menjadi sebaik-baik pendidik bagi anak-anak kita nanti. Marilah
sama-sama kita untuk terus mengembangkan diri dengan sebaik-baik pendidikan.
Marilah sama-sama untuk terus menginsyafi diri bahwa ibadah kita mungkin masih
banyak yang belum maksimal. Marilah sama-sama kita terus menginterospeksi diri
bahwa kita masih banyak kekurangan. Maka mari terus kita bersemangat untuk
terus menjadi pribadi yang lebih baik lagi dari hari ke hari. Mari memantaskan
diri untuk bisa menjadi pendamping yang baik bagi pasangan kita. Mari kita
belajar agar kelak mendapatkan pasangan yang memang pantas mendampingi kita.
Jikalau kita menginginkan pasangan yang terbaik, maka marilah kita mulai dari
diri kita sendiri untuk menjadi yang terbaik.
Dan sabarlah
serta berpegang kuatlah pada taliNya dalam menjalani sebuah proses panjang
perbaikan diri ini. Ketahuilah, tiap detail proses perbaikan diri yang kita
lakukan selalu dilihat oleh Allah. Seberapa kuat kah tekad kita untuk bisa
menjalani setiap proses. Insya Allah…. Dengan kekuatan serta izinNya, kita bisa
melewati rangkaian alur proses yang terus menerus ini. Karena yang Allah lihat
adalah PROSES kita… bukan hasil. Allah lihat proses kita…. Allah lihat proses
kita.
Dan tentang
pasangan kita, belahan jiwa kita, mujahid atau bidadari kita…. Insya Allah di
waktuNya yang tepat. Kita akan dipertemukanNya di caraNya yang terindah. Insya
Allah, amin.
Wallahu’alam
“Dan diantara tanda-tanda
(kebesaranNya) ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu
sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan DIA
menjadikan diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sungguh, pada demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah)
bagi kaum yang berpikir”
(QS Ar-Rum : 21)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung ke Blog Lifelong Learner ini
Untuk mempererat tali silaturrahim, silahkan tinggalkan jejakmu disini agar saya pun bisa berkunjung ke blog anda, salam ^^