Bismillahirrahmaanirrahim…..
Sebuah
berita yang kurang “sedap” sampai di telinga saya pekan kemarin. Seorang teman
yang juga satu kelas dengan saya di kelas perkuliahan mengeluhkan keanehan
kedekatan saya dengan seorang teman akhwat dikelas. Wallahu’alam apa yang ada
dalam fikirannya. Sempat merasa sangat tidak menyangka jika dia bisa berbicara
seperti itu. Kabar ini saya dapatkan dari orang ke berapa gitu. Jadi rutenya
panjang deh.
Sempat
pula agak terbawa emosi dengan apa yang katakan. Mungkin tanpa sadar juga ada
sedikit perubahan dalam diri saya. Astaghfirullah!
Sekarang,
lagi-lagi saya dihadapkan kepada pilihan. Apakah saya mau bersikap negative
atas berita yang kurang “sedap” itu atau mengambil sikap positive? Pilihan itu
sama kuatnya. Tinggal saya lah yang memilih diantara kedua pilihan tersebut.
Sebenarnya
saya benar-benar ingin tertawa dengan adanya berita ini semua. Tapi okelah,
mari kita pilih jalan penyelesaian terbaik untuk masalah ini. Insya Allah.
Apakah
keuntungannya jika saya mengambil sikap yang negative? Misalnya, ketika saya
memutuskan untuk melabrak seseorang yang merupakan sang narasumber berita
kurang “sedap” ini begitu? Atau marah-marah ga jelas? Atau putus asa dan terus
berlarut-larut dengan perkataan sang “narasumber” ??
Astaghfirullah!
Semoga Allah menghindari saya dari sikap yang demikian. Amin.
Insya
Allah saya adalah orang yang tidak mau mengambil pusing dengan masalah.
Memangnya dia tahu betul begitu seperti apa saya? Interaksi saya dengan semua
teman-teman? Memangnya omongannya dia berpengaruh begitu pada keberhasilan
hidup saya?
Dan
satu pertanyaan paling mudah yang saya tujukan kepada diri saya sendiri.
Memangnya benar apa yang “narasumber “ katakan tentang kamu ta?? Jelas tidak!
Maka
pilihan saya adalah mengambil sikap positive. Membiarkan sang “narasumber”
dengan pemikirannya terhadap saya, membiarkan dia bertanggung jawab dengan
Allah atas perbuatannya, membiarkan semua ini menjadi pemacu semangat saya.
Mengubah berita kurang “sedap” ini dengan sebuah perubahan positive dalam diri
saya. Tidak usah banyak bicara, cukup buktikan dengan tindakan nyata. Buktikan
dengan karya terbaik!
Masih
banyak harapan, impian, cita saya yang menanti untuk diwujudkan. Masih banyak
hal yang saya fikirkan dan saya perjuangkan dibanding dengan mengeluarkan
energi yang sia-sia untuk bersikap negative kepadanya.
Yang
kini saya lakukan untuk sang “narasumber”. Mendo’akannya, semoga saya adalah
orang terakhir yang menjadi bahan pemberitaannya dan yang utama agar Allah
mengampuni dosa-dosanya. Amiiin. Insya Allah.
Wallahu’alam
hissawab…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung ke Blog Lifelong Learner ini
Untuk mempererat tali silaturrahim, silahkan tinggalkan jejakmu disini agar saya pun bisa berkunjung ke blog anda, salam ^^